Untuk para lelaki (terutama yang belum menikah), pernah dengar perkataan ini nggak? "Makanya cepetan nikah biar enak. Makan ada yang siapin, capek ada yang mijitin, pengen kopi ada yg bikinin, tidur ada yang nemenin". Saya yakin sebagian besar dari anda-anda pasti sudah pernah dengar. Lalu benarkah perkataan tersebut??
Saya akan jawab dengan singkat, jelas, dan padat.. BENAR !!
Berdasarkan pengalaman saya nih, menikah itu memang "enak".. saat subuh ada yang bangunin dengan belaian lembut di pipi diiringi bisikan pelan "sayang bangun gih.. udah subuh nih.." (tapi klo kita nggak bangun-bangun juga ya belaian yg lembut itupun berubah jadi belaian yg 'tidak' lembut #plak plak#).. begitu udah bangun eeeehhh udah tersedia juga secangkir kopi nikmat.
Capek pulang kerja juga disambut senyuman manis sambil ditanya "ayah mau minuman dingin ato hangat??" duuuuuhhh pokoknya nyaman hati ini.. Saking nikmatnya kehidupan berumah tangga itu, bobot tubuhku langsung naik 10 kilo dibandingkan sebelum nikah dulu.
Baca juga :
Baca juga :
Tapi... (lho kok pakai tapi??) Jangan hanya dibayangkan kalau seorang suami akan dilayani bak seorang raja saja.. tolong diingat juga kalau seorang suami itu juga punya kewajiban. Dia harus bisa menafkahi, memimpin, mengayomi, juga melindungi keluarganya. Dari sini akan saya berikan beberapa contoh pengalaman saya betapa "keras"nya kehidupan seorang suami terlebih lagi yang sudah jadi ayah..
Namun sebelumnya saya minta maaf terlebih dahulu kalau salah satu contoh yang saya berikan mungkin terkesan agak gimana gitu, tapi itu adalah sebuah realita yang harus dihadapi seorang suami/ayah :)
Baiklaaah.. ini beberapa contohnya :
- Pernah suatu malam saat Surabaya diguyur hujan lebat, kebetulan pipa pembuangan air dari atap buntu tertutup dedaunan yg rontok. alhasil, air meluap kedalam plafon dan dengan suksesnya menjebol plafon sehingga ruang tamu kebanjiran. berhubung sepertinya hujan bakalan berlangsung lama, ya mau ndak mau harus naik ke atas genting untuk betulin pipa pembuangan. bayangin.. malam-malam hujan angin harus naik genting. resikonya bisa jatuh terpeleset atau kesambar petir tuh. Alhamdulillah setelah setengah jam lebih di atas genting, semuanya bisa teratasi dengan lancar. Dan besok paginya, punggung dipenuhi banyak tato bergaris warna merah.. kerokan.
- Contoh yang selanjutnya ini agak 'heboh' lho. Pulang kerja langsung makan nasi pecel yg disiapin istri tercinta, sambil nonton TV di kamar. Disamping saya ada Sinichi, yang saat itu berusia 8 bulan, sedang tertidur. Lagi enak-enaknya makan nasi pecel sambil "muluk" (makan tanpa sendok, hanya pakai jari tangan), kok tiba-tiba ada bau tidak sedap.. begitu menoleh kesamping.. DIIEEENG !! Sinichi sudah buang air besar di popok-nya... mana sang ibu tadi minta ijin keluar rumah sebentar lagi.. ya sudahlah.. taruh piring, cuci tangan, lalu ganti popok dan basuh sinichi dari sisa-sisa 'pub'-nya, setelah itu cuci popok biar bersih dari kotoran kemudian jemur. Dan... makan pecel sambil 'muluk' dilanjutkan kembali.. ^_^v
Gimana? sudah dapat bayangan nggak bagaimana kehidupan seorang suami atau ayah? saya menulis ini bukan dengan maksud menakuti-nakuti lho.. Terus terang, melakukan hal-hal tersebut untuk keluarga bisa menimbulkan kebanggaan dan kepuasaan tersendiri. Bangga dan puas apabila istri dan anak-anak kita bisa tersenyum bahagia..
Contoh yang saya berikan diatas hanyalah sebuah 'pengorbanan' kecil saja dari seorang suami, masih banyak para suami di luar sana yang 'pengorbanannya' jauh lebih besar daripada saya
Contoh yang saya berikan diatas hanyalah sebuah 'pengorbanan' kecil saja dari seorang suami, masih banyak para suami di luar sana yang 'pengorbanannya' jauh lebih besar daripada saya
Apa yang saya tulis diatas bukanlah bernaksud untuk menggurui atau mempengaruhi teman-teman lho ya. Hanya sekedar berbagi pengalaman saja. Semoga sharing saya kali ini bisa berguna untuk teman-teman ( walaupun sebenarnya postingan ini nggak ada manfaatnya sama sekali ) ^_^